Keterlaluan! Hammersonic, Rise of the empire, gopek+ demi Polaris, 2gopek Gigs for Sequel Of Sunday
Pada sebuah kotbah jum’at, ada sesuatu yang menempel.
Gw (dan jemaah yang lain yang hadir di situ) tidak tidur untuk mendengar pengkotbah yang menerangkan kotbah jum’at (gw gapernah tidur sekarang, tapi pernah) pengkotbah bilang pada ceramahya yakni waspada akan virus corona, dan tetap berkarya di bidang apapun dengan value tanpa meninggalkan faktor penting disekitar (ini versi gw). Disini bisa diartikan kalo waspada akan virus itu tetep karena itu adalah kodrat, dan sesuatu yang digenggam di dalam kepala adalah jangkar yang membuat banyak hal yang terjadi termasuk jangkar pengingat kepada umat. Pengingatan itu kemudian menjelma menjadi refleksi bagi gw, akan apa yang terjadi di tahun ini.
Sejak bekerja mandiri mulai Januari 2020, rasanya awal tahun ini jadi yang paling padat untuk kehidupan pribadi gw. Sebelumnya, akhir tahun adalah waktu yang enak untuk liburan, memandang ke belakang atas apa yang telah terjadi. Sedikit mengambil jeda dari kehidupan yang riuh. Dan tentunya berpikir apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Semuanya dipicu oleh rejeki yang biasanya sepi.
Meninggalkan gaji bulanan di korporat adalah tentang mengubah cara pikir kita terhadap keadaan. gw beruntung sudah fasih bernapas di alam yang baru. Tidak lagi biasa memandang bahwa rejeki akan datang teratur setiap bulan, tapi bisa jadi datang dalam jumlah banyak di satu bagian lalu kemudian akan sepi di bagian berikutnya. Kalau dirata-rata, ya tetap stabil, walau masih melunta-lunta karena masih muda dan perlu banyak belajar wajar sih. Lalu, di situlah bagian di mana paham kepercayaan bahwa rejeki tidak lari ke mana berlaku. Kemungkinannya bertalian begitu.
Wah, agak melantur ceritanya. Jadi, begini. Malam ini, tepat sebelum tulisan ini dibuat, gw jadi terpikir sesuatu tentang value itu. Semuanya dipicu oleh festival Hammersonic yang akan dimulai akhir maret ini, gw yang jauh-jauh berburu tiket presale hingga website Hammersonic kala itu down *lol , semua dibela-belain demi nonton perform Polaris salah satu band bergenre Metalcore dari Australia.
Sebelumnya apresiasi terhadap penyelenggara gw haturkan sebesar-besarnya termasuk visi besar dari mas Ravel Junardi yang top mengingat agar tidak terjadi kesalahpahaman judul karena bahasanya ngetriger *lol, jadi pada proses yang datang cepat diawal tahun itu memberanikan gw untuk ikut fight berburu online presale tiket untuk event metal terbesar se asia pasifik itu, untungnya gw menemukan slot presale di Loket.com waktu itu yang lumayan ciamiknya adalah bisa gw beli tanpa ikut marah-marah saat website Hammersonic down.
Di kemungkinan itu, gw ternyata menemukan value yang baru ngeh tertampar di dalam kepala yakni; membeli sesuatu yang sifatnya bisa menjadi pengalaman untuk dinikmati atau belajar untuk mengenali orang banyak, atau membeli sesuatu yang sifatnya malapetaka atau hanya untuk status fana yang tiada berujung dialih hatikan sendiri.
gw secara galangsung mengajak orang-orang yang disekitar gw berasumsi banyak, sebenarnya sih bukan cuma untuk status ataupun menggiring opini tapi lebih membelokan status itu untuk berbagi lifestyle, tapi setelah dipikir-pikir pasti akan muncul asumsi gini, daripada harus ke luar kota untuk jauh-jauh menyaksikan fest mahal yang ujung-ujungnya gagal karena ada isu kesehatan, kenapa tidak untuk dibuat yang lebih manfaat untuk yang lain, ya bener juga sih gasalah dan gw udah komit untuk membuat yang lebih manfaat kok refund tiket of course karena untuk retry event 2021 rasanya lama untuk ditunggu ya, mending buat donasi aja kan better enough. karena sebenarnya proporsi adanya virus itu hikmahnya bisa untuk dijadikan investasi pengganti kalian buy 1 get 1000 di dalam statement positif.
Dulu gw seperti berpikir bahwa Jakarta itu membosankan. Sekarang sih, sudah mulai terkikis pikiran itu ya karena gw udah jarang ke Jakarta karena lebih banyak Stay di Tangerang, beda vibesnya aja. Tapi, ada masa-masa yang kadang masih muncul di mana Jakarta jadi kota yang monoton. Yang menarik itu-itu saja dan jalur jalannya begitu-begitu saja. Api yang dulu ada di kota ini, seolah pergi seiring dengan betapa mudahnya hidup (kalau dibandingkan dengan kota lain)
Ada tiga nama yang dulu membuat pandangan gw seperti itu; Sequel Of Sunday, Human Theory, and discribe dari mamank Asep (Sos). Mereka mengembalikan ke gw fakta yang lebih ke sosialnya bahwa Manusia, dan Jakarta dengan deru-deranya itu udah degradasi banget.
Karena sempat berpikir bahwa Jakarta itu membosankan, jadilah interaksi gw banyak terjadi dengan orang-orang di luar kota itu. Melihat ke luar adalah melihat kemungkinan baru. Dari sana bertemu dengan ustadz-ustadz, juga mas-mas sholeh yang kebetulan satu kantor dengan mereka di kerjaan baru setelah gw resign dari kantor lama di Jaksel, ditambah lagi mamank Asep yang tinggal di Tangerang membuat gw semakin intens untuk berkunjung sekedar ngobrol sersan, pun dengan keintens-an ketika ngobrol dengan wirausaha seperti Hasnan dengan Sangkil kopinya namun sekarang agak lusuh karena didera api cinta yang telah rundung gulana menyerah (semangat lu jancuk), semua rasanya komplit untuk vibes baru yang tidak membosankan itu.
Balik lagi ke Hammersonic, jadi setelah gagal dilaksanakan pada akhir bulan ini, dan diundur pada tahun depan rasa syukur terucap dari gw setelah mendengar kotbah jum’at tentang virus, dan apa yang bisa kita value-kan seperti prep gw diawal tadi, kesimpulannya adalah bukan tentang tiket, dan gagalnya acara, namun ada yang menostalgiakan tentang degradasi dan sosialisme yang pernah gw alami dulu tentang Jakarta balik lagi.
Intinya setiap yang kita lakuin itu ga ada yang salah, sebelum tahu hasilnya apa, yang membedakan adalah bagaimana kita merencanakannya dengan baik.
Yap Sequel Of Sunday rasanya menjadi pengembali semangat gw setelah memutuskan akan perform kembali setelah memutuskan bubar tempo lalu, lagian susah sih band seperti Sequel Of Sunday dengan genre Metalcore yang terlalu maju untuk scene Indo ini. Ya karena susah aja relatenya karena permainan mereka 4–10 langkah maju kedepan, dan “aneh” untuk ukuran band metal Indo.
Sequel Of Sunday akan perform kembali secara full team, dan ini bisa menjadi emosi yang pas ketika susah-susah beli tiket presale tapi acaranya gajadi.
Bukan menggugat, tapi lebih meluapkan diri karena memiliki jiwa muda memang perlu rasanya untuk berekspresi, dan rencananya gw akan ada pada acara tersebut, menyempatkan berekspresi dan mendukung local heroes disana. All Friends All Bastards Vol 4 ini tiketnya ga gratis, dan ga lebih mahal dari Hammersonic atau setara dengan tempe mendoan.
Bisa difollow di https://www.instagram.com/gudangserigala_/.
Yang hari besok, tidak banyak kegiatan, langsung dicek saja begitu baca tulisan ini.
Fokus gw ke Gigs besok adalah perekaman. Jadi, gw akan merekam seluruh pertunjukan itu, ya ga semuanya sih gila kali gw *lol paling vibesnya doang gitu. Juga sesi bincang-bincang yang udah gw siapin sehari sebelumnya.
Senang juga kalau dipikir dikasih kesempatan main-main gitu.
Nah, yang terakhir ini, ada sesi ngobrol. gw rencana mau berbincang, merekam podcast dengan dua topik berbeda sedapetnya aja sih.
Kejadiannya akan berlangsung hari Sabtu. Sesi dengan Raga akan membahas bagaimana musik dan visual bisa saling memengaruhi. Sebenarnya, ini nepotisme. Jadi, gw memang selalu ingin mewawancarai dia dan interpretasi-interpretasi ajaibnya pada musik. Dihajar saja mumpung ada kesempatan, ditambah lagi dia lagi berduka *pray , moment yang pas untuk musisi hebat seperti dia.
Lalu, akan ada sesi dengan Danny yang khusus untuk ngobrol tentang militansinya main musik. ya itu semua akan diusahain agar dapet experience yang beda kalo dapet, ya kalo ga, gw bakal record dari vlog yang nantinya juga gw bikin, paling buruknya yang penting bisa nonton mereka dan seluruh local heroes perform tanpa ada tetek bengek yang bisa dibawa pulang haha.
Okeh, begitulah. Akan ada tiga babak yang gw rencanakan besok di AFAB Vol 4 Tangerang. Semoga kita berjumpa. Semoga juga, semua ide di kepala jadi kenyataan.
Talk Less Do Something (Unggul Bayu)








