Ilmu Marketing: Berguna Banget atau Omong Kosong?
Kalau memang ilmu marketing sebegitu pentingnya, kenapa masih ada orang-orang yang nggak pernah sekolah marketing tapi justru punya pencapaian luar biasa? Bahkan tanpa background akademis pun, hasilnya nggak bisa dibilang lumayan malah keren banget.
Tapi sebaliknya, kalau ilmu marketing itu dianggap omong kosong, kenapa banyak “kerusakan” di dunia bisnis justru datang dari para pebisnis dan marketer yang nggak punya modal ilmu marketing yang cukup? Perang harga, over-claim, obsesi berlebihan sama viral, sampai berbagai inisiatif jangka pendek semua itu bukan cuma bikin brand sendiri merugi di masa depan, tapi juga menyeret brand lain dalam kategori yang sama. Sering kali, penyebabnya sederhana: terlalu percaya diri merasa bisa marketing, padahal tidak.
Nah, kalau begitu… apakah lulusan sekolah marketing langsung siap kerja? Jawabannya juga nggak. Banyak yang masih kebingungan ketika masuk dunia kerja: kenapa harus begini, kenapa harus begitu.
Kenapa bisa begitu? Karena marketing adalah contextual science. Ilmu yang sangat bergantung pada konteks dan variabel, yang jumlahnya amat banyak dan selalu berubah. Faktor paling mendasarnya adalah manusia itu sendiri dan manusia selalu berubah.
Contohnya:
-
Lingkungan & tren → peer pressure bikin kita ikut-ikutan beli barang.
-
Situasi fisiologis → lapar bikin kita kalap belanja; PSK yang sedang subur secara bawah sadar tampak lebih menarik dan punya pemasukan lebih tinggi.
-
Situasi emosional → mood bahagia sering bikin kita lebih boros.
Masih banyak variabel lain dengan values berbeda-beda yang memengaruhi keputusan seseorang.
Inilah kenapa marketing nggak bisa disertifikasikan semudah profesi ilmu pasti seperti pilot, engineer, atau bidang eksakta lainnya. Tapi justru itu yang bikin marketing menantang sekaligus menarik.
Marketing menuntut kita untuk nggak pernah berhenti belajar. Bukan cuma dari kelas atau buku marketing, tapi dari “perpustakaan” paling melimpah: kehidupan sehari-hari. Cara kita memahami manusia dalam setiap momen kehidupan itulah pelajaran marketing paling mahal.
