Itu Kan Bukan Ilmu Kamu” Saat Manosya Minta Diajari Tapi Tak Mau Diajar

 


Lucu, tapi nyata.
Setelah wara-wiri ketemu native secara daring di berbagai benua, dan banyak apresiasi karena membantu serta memberi impact, tiba-tiba ada orang yang datang dengan mata berbinar, penuh rasa ingin tahu. Belum masuk ke poin utama baru intro doang tapi begitu dijelaskan, ekspresinya berubah macam kening mengernyit, bibir menyungging, lalu keluar kalimat sakti:

“Yaelah, itu kan bukan ilmu kamu.”

Padahal barusan dia sendiri yang nanya.
Mau tahu, tapi nggak mau tahu.
Minta dijelasin, tapi malah nyacat apa yang kita lakukan.

Haus Ilmu atau Haus Validasi Sih?

Okelah antum pada waktu menghubungi merasa masih tinggi, dan menilai diri ini kaum proletar, biasanya sih orang gitu, akan tetap melihat berdasarkan terakhir ketemu, ya meskipun sampai sekarang reealitanya sea masih mburuh, tapi kalau kata nyai Ontosoroh van Buitenzorg "berberbanggalah bagi mereka yang makan dari hasil keringatnya sendiri". Yang kalo diartikan sebenarnya ketika sea belajar juga penuh perjuangan bro, jadi ketika dapat hasil dari kerja keras atas proses belajar setidaknya ya minimal kasih respect, tunjukan adab yang bagus apalagi kisanak seorang yang memiliki kedudukan bukannya menunjukan sikap diawal kayak orang haus ilmu, tapi tetibaan haus pembenaran.
Itu namanya bukan ingin belajar, itu namanya ingin menang percakapan.Tapi gimana ya sea memahami sedikit berdasarkan pengalaman kalau kamu tahu sesuatu yang mereka belum tahu, mereka itu sebenarnya merasa posisi sosialnya terancam seolah dunia ini lomba ranking siapa yang lebih pintar ngomong.

Begitu dikasih penjelasan logis, malah jawab,

“Kamu kan bukan ahlinya.”
Padahal waktu nanya, nggak ada formasi tim ahli.
Sekarang tiba-tiba mau pakai lisensi akademik?

Ilmu Tidak Punya KTP

Lucunya, sewaktu ngomong juga mereka menambahkan kata Allah diamana "itu kan bukan ilmu kamu, itu kan ilmu Allah" sontak sea tertawa dan mbatin kalau beliau itu lupa satu hal sederhana:
Ilmu tidak punya alamat.
Ilmu bisa datang dari siapa saja dari orang yang kamu anggap “biasa aja”, dari obrolan santai, bahkan dari orang yang kamu kira “nggak ngerti apa-apa”.

Tapi ya, gengsi sering kali lebih tinggi dari logika.
Karena kalau mengakui orang lain bisa menjelaskan sesuatu, rasanya seperti kalah. Padahal belajar itu bukan kompetisi itu kolaborasi antara yang tahu dan yang mau tahu.

Jadi Mau Belajar, atau Mau Menang Bicara?

Kalau kamu benar-benar mau belajar, kamu akan fokus pada isi, bukan pada siapa yang bicara.
Tapi kalau niatmu cuma mau merasa paling benar, ya siap-siap aja jadi pahlawan tanpa pengetahuan.

Jadi, sebelum bilang “itu bukan ilmu kamu,” coba tanya ke diri sendiri:

“Saya ini mau ngerti… atau mau nunjukin siapa yang lebih keren?”

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url