Musim Hujan Berlalu di Gunung Lawu
Gunung Lawu, atau dikenal dengan nama lain Wukir Mahendra adalah gunung pasif atau stratovolcano besar di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berbeda dengan Gunung Merapi , hanya sedikit pengunjung internasional yang datang untuk mendaki Gunung Lawu. Namun tidak menutup kemungkinan bisa bertemu dengan pendaki internasioanal di Gunung tertinggi kedua di pulau jawa ini.
Mendaki Gunung Lawu ini bisa dibilang komplit, karena selain disuguhkan pemandangan alam yang indah, dan juga awan terbentang di puncak seperti selimut lembut, menyembul menembus awan seperti pulau-pulau di lautan luas, gunung lawu juga menghadirkan wisata mistis yang mungkin akan secara random kamu dapatkan jika beruntung hehe.
Jadi ini kita mau cerita apa sih ?
Dahlah, cerita yang ringan-ringan aja deh yuk kita mulai mendaki !
Jadi ini kita mau cerita apa sih ?
Dahlah, cerita yang ringan-ringan aja deh yuk kita mulai mendaki !
Cerita pendakian ini dimulai di pertengahan tahun 2015 bulan Mei, yang mana masih masuk dalam musim penghujan, dan menjelang pancaroba di beberapa wilayah.
Kami memulai pendakian dari Cemoro Sewu setelah sebelumnya mengadakan brief malam dirumah Yudha, oh iya sebelumnya intro dulu bahwa pendakian ini terdiri dari delapan orang, dan semuanya teman-teman sekolah waktu sma diantaranya Yudha Bonex, Irma si reporter, Meisya chan, terus Dimas kawan main bolaku yang pro, next ada si kawai Ayu, lalu si tampan Yongky penyanyi idolaku, Emy si k-popers, juga yang paling senior ada Kak Anggri sebagai Apg berlisensi hehe, jadi memang kak Anggri ini yang paling senior, dan berpengalaman diantara kami semua, karena kami perdana dalam mendaki, rasa kekhawatiran itu hilang karena kehadiran kak Anggri ini, ibarat lagi war mah kita ada pelindung atau savior yang selalu ada hehe, ya intinya sih bukan menggantungkan satu orang saja, karena dalam mendaki dibutuhkan teamwork, karena bagaimanapun kak Anggri sebagai senior berpesan yang dibutuhkan dalam pendakian ini bukanlah kehadirannya namun adalah mental yang kuat, dan ketulusan niat, percuma fisik kuat, tapi niat tidak kuat, atau percuma jika fisik dan tekad yang kuat sudah bulat tidak diimbangi dengan mental kuat karena secara tidak langsung dan langsung akan berpengaruh dalam pendakian.
emang bener sih hehe.
Wah panjang ya intronya ..
Gapapa lah ya, maklum hehe .. jadi emang rasa ingin menulis ini sudah lama ingin dibuat, enam tahun lebih sob, gilaaa, baru kesampaian sekarang, reward buat diri sendiri lah ya.
Well pada pagi hari itu selasa-rabu 26-27 mei 2015 tepat setelah jam 7 pagi, kami berangkat dari tempat perjanjian yaitu di rumah yudha rahmania (bonex) berjalan menaiki sepeda motor atau bronfit/onda yang sering kami sebut, perlahan pasti sambil menikmati pemandangan sampai di Cemoro Sewu, alhamdulillah ya, cepet hehehe, kata siapa cepet ? wong berangkat jam 7 baru nyampe jam 9 lebih di Cemoro Sewu yang notabene jarak dari rumah Yudha ke Cemoro Sewu bisa ditempuh dalam waktu 45 menit saja, ya alasannya karena selama perjalanan kami banyak berhenti, dan sejenak mengabadikan moment, diantaranya di tugu kelinci magetan, plaosan, sarangan, hingga jembatan mojosemi, sampai-sampai sebelum naik berfoto ria di pos pendakian pun menjadi hal wajib di tahun dimana gue masih canggung untuk berfoto-foto hahaha. untung pas markirin motor gak foto juga hahaha.
Kadang-kadang (sangat sering sebenarnya) kita berhenti sejenak untuk istirahat dan mengatur segalanya, karena itu memang hal yang penting, bukan tanpa alasan persiapan pendakian yang kurang dari seminggu ini menjadi pembuktian keseriusan, dimana kak Anggri sebagai senior mendirect temen-temen yang notabene masih pemula dalam hal persiapan ndaki mendaki ini, gatau kalau mendaki dalam hal lain gimana treatmentnya, hehe ..
karena kita sebenarnya enggak bawa makanan banyak jadi kita bawa makanan instant diantaranya ransum tentara, fitbar, juga mie instant, dilihat dari bawaan makanan sebenarnya sifat tawadlu dibentuk dalam perjalanan ini dengan tidak bermewah-mewahan dalam membawa bekal makanan, btw sih gatau ya gimana caranya si Yudha bisa dapet banyak Ransum waktu itu haha, pokoknya mah karena efek bapaknya kentara jadi ya bisa aja hehehe. Oh iya kami tiba di camp pendakian jam 9 Kedengarannya lama sekali, tapi dengan keadaan kami yang tidak terburu-buru dan have fun itu bisa jadi jauh lebih cepat sebenarnya hehe.
Ini perjalanan pendakian yang sangat indah. Ada begitu banyak hal indah untuk dilihat di sepanjang jalan pemandangan, satwa alam liar, matahari terbenam, laut di langit dan semua bunga liar bersatu padu indah dalam gemerlapnya suasana agungnya sang pemilik gunung…
Sebenarnya perjalanan kami dari pos 1 hingga pos 4 berjalanan lancar, dan menyenangkan, sampai tiba di pos 4 transisi ke pos 5 semuanya baru berubah, hujan deras turun sangat lebat, hingga membuat kami semua kebasahan, walaupun mengenakan jas hujan dan rintik hujan sudah mereda, efek derasnya hujan membuat jalan licin, belum lagi terjalnya jalan membuat tenaga terkuras habis, dan seperti perjalanan hidup pasti ga semuanya mulus, teman kami si Ayu akhirnya afk juga, kaki kram, terkilir, + menggigil kedinginan, hingga sampai melihat jagat astral, wah lengkap sudah.
Namun pada akhirnya disinilah mental yang berbicara, dengan bekal mental yang sudah ditanamkan dari awal pendakian, si Ayu bangkit dengan tidak berjalan sendiri, hehe iyalah gamungkin wong udah afk dianya, bilang gakuat lah, mau diam ditempat lah, tamat lah, kan kita yang jadi worry huhuhu sedih, akhirnya si Ayu digendong Yudha sampai pos 5, lalu berjalan kaki singkat dalam gelap ke Warung pos lima. Bagi gue sih dengan keadaan hujan, dan kondisi team yang sudah kena attack serta sedikit kena mental, Ini adalah tempat yang sangat istimewa di Gunung Lawu dimana kalian bisa bermalam seperti di sebuah resor di puncak gunung. Setelah seharian berjalan, yup alhamdulillah kita bermalam disana, sebelum akhirnya pagi melanjutkan perjalanan.
Pagi itu setelah kita sarapan, dan meyakinkan kesiapan semuanya, kami beranjak kembali mendaki, hingga pada akhirnya sampai di tempatnya Mbok Yem, jadi mbok yem ini adalah nenek-nenek jawa yang punya warung tertinggi di Indonesia, mbok yem sudah berjualan di gunung lawu sudah bertahun-tahun dimana terdapat makanan kecil dengan perapian di mana kalian bisa memesan minuman panas, dan makan makanan dasar / lokal yang citarasanya mungkin bagi gue otentik banget, bahkan ada rumah kayu sederhana tempat untuk bisa tidur jika belum membawa tenda sendiri. yah, Mbok Yem adalah nenek baik yang tinggal di Gunung Lawu, persis seperti film sci-fi khas skandinavia dan bedanya ini real bisa ditemui.
Pasar dieng, makam, dan puncak gunung lawu sebagai destinasi akhir, pada akhirnya terlalui, dengan lengkap oleh seluruh team.
Rasa gembira, haru, dan penuh syukur dirasakan oleh seluruh team sobo lawu yang mendaki pada hari itu. Yup kami semua sampai dan tiba dengan selamat di puncak gunung lawu.
Harapan, dan wujud syukur satu persatu kami panjatkan bersama-sama sekaligus mendo’akan para leluhur.
Masalah foto atau dokumentasi sebenarnya ada, banyak bahkan, tapi entah kenapa
beberapa bulan setelahnya hape gue ilang dong, alhasil hanya beberapa dokumentasi yang terselamatkan, baru sekarang aja gue awarenya luarbiasa masalah dokumentasi, bukan apa-apa sih, tapi lebih ke reward untuk diri kita dan orang lain dalam hal postitif, makasih buat temen-temen yang udah save momen langka dalam hidup ini.
Mendaki Gunung Lawu adalah keikhlasan dalam bertafakur alam, selain sebagai salah satu ide untuk liburan yang tidak akan kamu sesali. Salah satu saran, jika teman-teman berencana mendaki Gunung Lawu, bawalah pakaian hangat, sepatu yang proper, dan sandal. Gue gak ada masalah dengan sepatu yang gue kenakan, tapi aneh aja sih pake sneakers seri oldskul ke gunung, ya walaupun ada juga yang lebih aneh hehehe, maklum lah ya hehe, selain itu, pastikan untuk bersenang-senang, dan jangan lupa teguhkan niat tulus selama mendaki ini karena pemandangannya luar biasa dalam perjalanan sulit ditemukan seminggu, sebulan, bahkan setahun sekali.
Oh iya untuk proses turun gunung, ga ada masalah yang berarti, karena semua di luar ekspektasi, turun gunung lebih cepat dari perkiraan kami, dimana kami turun pukul 2 siang dan sampai pos cemoro sewu menjelang maghrib, intinya selama turun gunung, pada waktu itu kami mempersilahkan pendaki yang sedang naik untuk duluan, karena berbeda dengan etika pada umumnya, mempersilahkan pendaki naik adalah wujud etika naik gunung serta kerjasama dimana secara logis bawaan yang sedang mendaki lebih berat, dan perjalanan mereka baru dimulai atau masih jauh. Intinya etika dan sopan santun sama-sama saling belajar dalam sebuah perjalanan yang dinamakan sobo lawu ini.
Terimakasih kepada teman-teman dalam ekspedisi sobo lawu 2015, pengalaman, dan hal berharga yang kalian berikan senantiasa membekas di hati ini.
Kita tiba dengan selamat di rumah masing-masing sama seperti niat di awal yakni berangkat selamat, pulang juga selamat, hingga pada akhirnya tempat pulang yang semestinya adalah pulang menuju kematian.
Peluk dan Salam
Unggul Bayu P













