Menghayati Ta'dzim tak serumit cintanya Zainuddin Hayati
Bersikap untuk menghadapi yang harus disikapi dan untuk menyikapi.
Wait, wait tapi sebenarnya sikap yang seperti apa sih ..
Kalau menurut filosofi Jawa yang telah gw anut, sikap dari Ta'dzim sendiri ada kaitannya dengan sifat "Tepo sliro" yakni Sikap menghargai dan menghormati orang lain, menempatkan orang lain sama seperti dirinya, menjaga perasaan serta memiliki paham rasamu, adalah rasaku, menjaga sebisa mungkin merasakan apa yang dialami orang lain alias berempati tinggi.
Foto bareng mas Adi & Sugi
Btw Mas Adi gabisa ikut Wisuda *respect
Nah kurang lebih seperti itu bagaimana hubungan Ta'dzim yang secara filosofi yang ada kaitannya dengan sikap tepo sliro ini.
Namun sebenarnya Ta'dzim sendiri itu apa sih ?
Sebenarnya gw belum tau persis, sebelum kenal, dan belajar dengan beliau dimana dalam setiap tausyiah, beliau
-beliau ini selalu hormat, dan menyebut satu sama lain, ibarat gus memiliki gus, dan gus memiliki murid dari gus yang membentuk circle infinity triangle.
Ya gitulah artinya beliau yang gw maksud disini adalah mereka, beliau-beliau pendiri Daarul Qur'an.
Balik ke Ta'dzim tadi simplenya kalau menurut kata dari bahasa inggris Ta'dzim = Respect yang artinya sopan-santun, menghormati, dan mengagungkan yang lebih tua atau yang dituakan, dan itu bisa masuk di berbagai aspek.
Lantas apa kaitannya dengan yang diajarkan dari beliau-beliau yang dimaksud sebelumnya tadi ?
Pertama, belajar dari KH Yusuf Mansur, yang baru tadi pagi ketika acara sidang wisuda, beliau memberikan clue yang unik dalam kesempatan orasi, dimana untuk menghindari mumet, janganlah kita nganggur, dan lebih tepatnya memilih untuk memanfaatkan waktu luang, karena sifat Ta'dzim bisa dimulai dari situ.
Kedua, belajar dari KH Ahmad Jameel, melalui lagu yang dinyanyikan sewaktu sesi akhir wisuda dimana, rasa senang mentaddaburi suatu hal itu perlu, karena rasa Ta'dzim yang kaitannya erat dengan tepo sliro itu sangat-sangat amat nyaut.
Btw Beliau menyanyikan lagu Ibu dari Bang Iwan Fals yang notabene membuat seluruh audiance wisuda menitihkan air mata.
Termasuk ibu gw. *ishh 🥲
Ketiga, belajar dari dr. Tarmidzi memberikan butiran Ta'dzim invisible dimana selalu menanyakan hal-hal simple, dan ringan yang sebenarnya sih sangat out of the box kepada lawan bicara, mengingat kadang yang dilihat belum tentu sama dengan realita yang didapat.
Keempat, belajar dari dr. Muhammad Anwar Sani, Rektor kampus Idaqu, tempat dimana gw berkhidmat setiap harinya.
Ta'dzim itu ibarat apa yang kamu lakukan ketika bangun tidur, ketika kamu bangun pegang gadget ya kamu bisa jadi lebih menghormati gadget itu atau dunianya itu sendiri, namun akan lain cerita ketika kamu mengibaratkan bangun lanjut syukur, dan mengawali hal baik seperti bermunajat, intropeksi diri, atau hal baik lainnya untuk menghargai diri, itu menjadi healing sekaligus Ta'dzim kepada diri kamu sendiri sekaligus yang memberikan hidup.
Karena lagi-lagi hal terbesar dari suatu Ta'dzim itu, bisa dimulai dari diri sendiri, termasuk apa yang kamu mulai, apa yang kamu lihat, rasakan, dapat, hingga mendapatkan, semuanya menjadi satu dan menjalar menyambung bagai ikatan Ymir Titan Pendiri yang as u know sebenarnya itu adalah cara Allah Ta'alla mengkreasikanNya terhadap umat manusia.
Jadi Hikmah yang bisa diambil dari rentetan tulisan ini apa ?
Ya ga ada hikmah yang berlebihan sih, karena ini juga bukan hikayat, atau cerita rakyat, namun satu yang harus dimulai adalah hargai diri kamu sendiri, perbaiki dengan mensyukuri apa yang telah kamu capai, dan terima sampai detik ini, karena rasa tepo sliro dan Ta'dzim dimulai dari situ.
Tangerang
20 November





Waaaa mas Unggoel selamat ya
Alhamdulillah terimakasih mas
Congratulations mamaskuhhhhh
Doakan adikmu ini segera menyusul😁😁😁
aamiin aamiin qobul, suwun wes moco tulisanku, semoga menginspirasi, semangat 45
Selamat! Generasi yang Unggul, kreatif di tengah pandemi