Jangankan Sayembara atau drama milih Logo, Pejabat Pemkab lebih pilih aksi Hemat?

 


Pemerintah Kabupaten Ngawi tidak menggelar sayembara pemilihan logo hari jadi ke-666 tahun, tidak ada hadiah yang lumayan. Tentu ini momen yang tidak sakral untuk insan kreatif Kabupaten Ngawi untuk hari jadi tanah kelahiran, padahal ini adalah laku riyadhah, jalan rohani untuk membersihkan diri dari perilaku keji dan sembrono, ini momen yang pas untuk muda-mudi Kabupaten Ngawi, tiap goresan yang kalian lakukan adalah latihan jiwa, gesekan arsir adalah sentuhan spirituil yang merontokkan dosa-dosa. Masyallah tabarakallah.

Padahal sebenarnya keren banget kalo ada info seperti “Ikutilah sayembara Logo Hari Jadi ke 666 Kabupaten Ngawi! Kami memanggil insan kreatif yang berdomisili di bumi orek-orek Ngawi tercinta untuk mengikuti sayembara logo ini” misalnya kan, sebuah ajakan yang setara dengan panggilan adzan untuk insan kreatif, waktu yang tepat untuk menerjemahkan cinta dengan sebaik-baiknya. Tapi sayang, jalan cinta kasih yang akan kalian berikan sudah sempurna. Artinya apa bang Messi? Artinya logonya sudah rilis, sudah paripurna dibuat oleh  inhouse setempat dan saatnya kita lihat hasilnya!



Nah itulah logo HUT tahun ini yang tidak ada sayembara atau ini itu, padahal jika ada sayembara dan  kabar menggembirakan itu kami warga Kabupaten Ngawi tentu sangat senang, setidaknya untuk Dimas Saputera, putra daerah asli Sonde yang sejak tahun lalu telah menyiapkan komposisi desainnya untuk angka 666 ini, beliau memang telah menyiapkan komposisi desain sejak tahun lalu dan yakin akan menang karena ingin menuangkan kebrutalan, dan ke-headbangannya selaras irama metalcore, sungguh benar-benar anak muda yang kreatif dan dekat dengan oposisi kekuasaan, bagaimana tidak? dari sekian tahun ia hanya ingin terlibat di tahun ini untuk konteks tugas negara. Namun sayang sekali bagi Dimas ini bukan waktunya karena tentu tugas semacam ini hanya untuk mereka yang kakinya persisten menapaki keramik pendopo, menandaskan kopi bercangkir putih, dan hafal dengan nama rokok pimpinan, bukan seorang kuli online serabutan yang menggantungkan hidup dari jasa desain.


Menafsirkan Tema


Hari jadi Kabupaten Ngawi tahun ini mengangkat tema besar “Ngawi | Makin Top Markotop” sebuah tema yang menarik untuk disalahartikan, maaf maksud sea diinterpretasikan. Tema yang tidak ndakik-ndakik, sederhana, apa adanya, dan lugas. Tapi, dibalik pengambilan ide tema, musti ada perenungan hebat dari pimpinan, tidak mungkin pemilihannya dilakukan dengan serampangan dan sak karepe dewe. Sampai esai ndak seberapa bermutu ini selesai ditulis, belum ada info lebih lanjut perihal alasan dibalik pemilihan "Ngawi | Makin Top Markotop" sebagai tema besar, tapi ini menarik untuk ditafsirkan.

Kesan pertama melihat logo ini adalah menyala abangkuh, dimana banyak sekali kecelakaan warna, juga ukuran jempol yang siap menyeruduk, bersanding dengan dinginnya font khas lebaran biar manis seperti marjan dan semakin dikuatkan dengan jargonnya Bupati aktif Ngawi saat ini.

Jika menukil langsung dari ketua Harian Panitia Hari Jadi ke-666 Ngawi Mohammad Sadli menjelaskan, warna logo didominasi merah. Menurutnya, hal itu itu melambangkan keberanian, kepahlawanan, dan semangat gotong royong.
Sedangkan angka enam yang menyerupai jempol mengandung makna Ngawi yang semakin mantap, mandiri, dan percaya diri.

Sementara, bentuk mengerucut di ujung atas tiap angka enam menyimbolkan Ngawi yang terus berkembang dalam perekonomian dan pembangunan.
Jari tangan mewakili bulir padi, menunjukkan Ngawi sebagai salah satu sentra pangan.
Tiga angka enam yang menyerupai jempol itu lambang Ngawi yang makin top markotop," ujar kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Ngawi itu.
Sebuah teks perkembangan yang semakin baik berupa kesejahteraan, hingga tata kehidupan sosial yang coba diupayakan oleh semua pimpinan, baik Mbah Kancil  Ketua RT sea hingga Vladimir Putin Presiden Rusia.


 Tidak adanya sayembara di angka cantik ini tentu menjadi sirnanya momen penting untuk menghidupkan kembali daya kreatif anak muda. “Sudah lama kami mengharapkan kehadiran pemerintah untuk mewadahi kreatifitas anak muda, cukup disayangkan, tsunami usia produktif ini tidak dimanfaatkan pemda untuk mengajak dan melibatkan kami” ucap Dimas dengan mode serius. Keterlibatan anak muda dalam pembangunan daerah adalah pekerjaan yang mustinya diatur sebaik mungkin. Sebab revolusi dan segenap perubahan arah bangsa, seringkali dimulai oleh semangat anak muda.


Asumsi

Kalau kita melihat logo hari jadi Kabupaten Ngawi ke- 666 yang dibuat meliuk mirip jempolnya zeus mode lebaran ini, eh maksud sea jempol zip and top dengan font kalem ini sangatlah sesuai dengan kapasitas daerah. Dimana logo tersebut jadi simbol banyaknya jempol yang mendukung gerakan pemerintah di Kabupaten Ngawi serta komoditas unggulan di sektor pertanian yang sejak 2 tahun lalu berjaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, tentu gagasan besar ini tak layak diulang. Selain sudah pernah dipakai, komoditas pangan faktanya memang sedang tidak baik-baik saja. Banyak petani padi yang mengeluh karena dinamika pasar yang ndlogok dan ra masok!


Ini penting dibaca untuk insan kreatif yang tidak terlibat apa-apa apalagi sayembara, sea sarankan jangan gunakan warna merah dan kuning jika ingin mengikuti perlombaan di kelas daerah, Ngawi punya sejarah kelam yang identik dengan dua warna tersebut. Sebagus apapun visual logo dan sebijak apapun arti dari mahakarya kalian, kalau dua warna diatas jadi warna utama dalam desain, kesempatan untuk menang jadi makin tipis. Ini spekulasi saja, tapi kalau kalian mau mencoba, yo wekdal sautawis kulo sumanggaaken yen wes wancine.


Jangan pakai ornamen palu dan arit, apalagi ada yang ngide untuk memvisualkan dua perkakas diatas menjadi angka 666 bersama sang Lucifer. Hal ini bukan hanya berpotensi gagal, tapi berpeluang besar juga untuk diantemi cah-cah, awowkwkwk. Memahami sejarah, antropologi, dan sosiologi Kabupaten Ngawi menjadi penting saat proses brainstorming ide, banyak hal yang kiranya perlu dipahami desainer sebelum ngarsir logo, mengaduk warna, dan segenap kerja kreatif lainnya. Sekali lagi, hal ini hanyalah spekulasi penulis, tapi kalau kalian mau coba, yo kebangeten tenan panjenengan!


Jadikan Rakyat Penentu!


Tidak ada masyarakat yang tahu pasti, kenapa tidak ada info dalam melibatkan masyarakat untuk kegiatan bagus ini.  Alhasil harapan untuk dapat uang hadiah sayembara atau apalah itu kini sirna, tapi kalau uang dalam lomba dan pembuatan logo yang telah jadi ini telah digarap segenap panitia yang terhormat dijadikan bentuk penghematan anggaran mungkin akan menjadi reason yang lebih wangun dan bijaksana, namun tetap biarkan rakyat atau  lembaga yang memilih opsinya. Akan terdengar cukup menyedihkan jika tidak ada sayembara terus anggarannya gede, terus yang milih logo juga sesuai selera pejabat, terus tau-tau udah nongol aja  hasilnya. Tentu jika praktik yang demikian terjadi, sea cuma kasian sama teman Indonesia, khususnya Dimas yang berharap bisa ikutan sayembara sejak tahun lalu,, padahal kalau nggak salah namanya demokrasi, pola pemerintahan yang rakyatnya turut serta dalam menentukan keputusan publik.


Kota Solo sudah menjadikan rakyat sebagai penentu, sistemnya voting melalui instagram, warga bisa ikut nimbrung dan memilih logo terbaik untuk hari jadi daerah tercinta. Negara Kesatuan Republik Indonesia juga demikian, pemilihan logo Ibu Kota Nusantara benar-benar melibatkan masyarakat dalam pemilihannya, melalui sistem e-voting yang diisi oleh 500.000 penduduk Indonesia, terpilihlah satu logo yang menjadi wajah visual Ibu Kota Nusantara. Kabupaten Ngawi tentu mudah saja untuk mengadopsi cara ini, kalau ndak bisa yo turu wae bos-bos.


Prediksi penulis, dari beberapa nur/cahaya serta frekuensi angin silir-silir, tahun ini logo memang telah dipilih oleh pimpinan, patuh apa kata bapak (baca: pokoke bapak). Jadi, sipil-sipil non power seperti kita ini jangan berharap lebih bisa menentukan ini itu, sadar diri wae bos, resiko masyarakat marjinal. Tapi, kondisi ini bisa berubah 180 derajat jika Dimas Saputera dan dedengkotnya, sowan pendopo lalu kulo nuwun agar usulan penulis disetujui bapak (baca:sudah haji)


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url