Dapet Dukungan Guru Baik Siswa Jadi Jahat? Homeshooling Aja Gasih

 
Guru adalah sosok yang tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dalam membentuk karakter siswa. Mereka berusaha menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, di mana setiap siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk berkembang. Dalam konteks ini, seorang guru yang baik akan berusaha untuk memahami kebutuhan emosional dan sosial siswa, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan agar siswa dapat mencapai potensinya.

Tantangan Menghadapi Siswa dengan Sifat Jahat dan Sumbu Pendek

Sayangnya, tidak semua siswa merespons dukungan guru dengan cara yang positif. Beberapa siswa mungkin menunjukkan sikap jahat, seperti bullying, meremehkan teman sekelas, atau bahkan bersikap kasar kepada guru,   bahkan yang lebih parah lagi antara  orangtua dan anak justru mendukung sifat buruk anak dan melawan kebaikan dari guru. Selain itu, siswa dengan "sumbu pendek" sebuah istilah yang merujuk pada mereka yang mudah tersulut emosi atau marah tanpa sebab dan kadang dengan alasan yang sepele bisa menjadi tantangan besar di dalam kelas.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ini antara lain:

  • Lingkungan Keluarga: Siswa yang tumbuh di lingkungan yang penuh tekanan, konflik ayah dan ibunya, atau kekerasan mungkin akan membawa emosi negatif tersebut ke sekolah.
  • Pengaruh Teman Sebaya: Lingkungan sosial di luar sekolah juga memengaruhi bagaimana siswa berperilaku. Tekanan dari teman sebaya untuk tampil "kuat" atau "berkuasa" dapat mempengaruhi sikap siswa di kelas.
  • Masalah Pribadi: Masalah internal seperti kecemasan, depresi, atau perasaan tidak berharga juga bisa menyebabkan siswa bertindak agresif atau mudah marah.

Nah poin-poin itu adalah hal yang umum terjadi jika mendapati siswa bersumbu pendek, dan penuh dengan problem di sekolah, namun jika dari tulisan ini anda mengharapkan cara cepat mengatasi problem tersebut, maka solusi tercepat untuk mengatasinya adalah dimulai dari anda sendiri, ya karena tiap masalah yang mengetahui adalah anda sendiri, bisa saja anda mengatasi dengan Pendekatan Empati, Pendekatan Individual,  hingga  kerjasama dengan orangtua kalo bisa diajak kerjasama, dan berhasil, tapi fakta di lapangan ternyata juga ga semudah ini, soalnya sea saja juga kadang bingung ngurusi siswa yang modelan ginian *awowkokowkok

99% Orang Ga Paham Ini.

Kita belajar di sekolah mulai dari 

TK, SD, SMP, SMA, Kuliah

ya standardnya begitu, selalu ada yang kurang, selalu ada yang lanjut jugaseandainya kita mulai dari umur 5 tahun, dan selesai lulus kuliah di umur 21 tahun, paling ga 16 tahun di sekolah, ya kurang lebih kita menghabiskan paling ga 6 jam sehari, dan 5 hari dalam seminggu, anggaplah seminimal minimalnya dengan liburan, kita konsisten 20 hari sebulan, alias 240 hari setahun x 6 jam = 1440 jam belajar, lalu kita kali 16, jadi 23040 jam belajar



Kalau berdasarkan teori malcom gladwell 10.000 jam, kita paling ga udah punya 2 skill yang tajam, dan sudah dibilang expert di 2 hal paling ga, dan itu baru di umur 21 tahun, tapi kenyataannya ?
Bahkan sampai di umur 30 atau 40 tahun pun, terkadang kita tidak mempunyai skill yang benar benar tajam, mendalam, dan kita tahu luar dalam skill tersebut

kenapa?
Ada 3 bagian :

  • 1. Terpecahnya fokus
  • 2. Tidak mempunyai guru
  • 3. Tidak mempunyai kegigihan bertahan melewati lelah, perih, kesulitan kesulitannya

1. Kalau 23rb jam tadi kita alihkan ke 1 atau 2 hal saja, kita tentu sudah mencapai level expert, energinya terpecah ke banyak hal, dan kita tidak memahami apa yang kita inginkan di akhir 

2. Karena kita tidak terbiasa memahami apa itu DELIBERATE PRACTICE, alias latihan yang disengaja, latihan yang benar-benar digunakan untuk memperbaiki hal hal yang kita harus perbaiki saat belajar karena kita tidak tahu dimana salahnya, jadi akhirnya kita hanya sekedar menjalankan skill tersebut, waktu hanya berlalu, tapi kita tidak semakin tajam di skill tertentu

3.Hal basi yang sudah dikatakan oleh berbagai orang yang kamu kenal, begitu sudah clear kamu ingin menguasai apa, ya teruskan poles skill tersebut, jangan menyerah, sesulit apapun, plan, do, check, act. Rencanakan, lakukan, terus evaluasi, lalu lakukan perbaikan aksi berdasarkan evaluasi tersebut, begitu terus sampe tajam..

Umur berapapun dirimu, tidak ada kata terlambat, tapi jika kamu masih muda, please, sayangi dirimu, lihatlah dirimu sendiri apa kategorinya, rajin dan pantang menyerahkah atau sebaliknya?

jangan berlindung dibalik justifikasi privilege orang lain, hidup kita ya hidup kita, kemampuan kita ya kemampuan kita, kita berusaha dengan apa yang kita punya sampai akhir.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url