Karnaval Era Modern Hasil dari Nativisme Menuju Pajeetisme



Kebaya seksi, sepatu aerobik dan sound horeg adalah perpaduan yg sempurna.
Tempo dulu yang bener-bener karnaval Agustusan tuh tahun 80-90an kayaknya. 2000an awal itu udah pawai kostum, dan kalo sekarang pawai kostum+sound+twerking, ada saduran kalimat yang tergabung dari ujaran kebencian, nasihat, bahkan tulisan belakang karoseri truck.
"HOBI YG MENGGANGGU TERLAHIR DARI HATI YANG TIDAK PUNYA RASA MALU".
Nah kalimat ini lah yang muncul dan lahir dari kejanggalan yang terjadi di era karnaval modern sekarang, apa penyebab, dan siapa pelaku pencetus pertama ini ?
Musik DJ Horeg Full Bass
yap, musik dj horeg, atau per horeg an santer di Jawa Timur dan telah wira-wiri kesana-kemari mengisi job setiap daerah dan menhoregisasi, bukan tanpa sebab, mereka bisa muncul karena beberapa faktor:

1. kelab malam sebagai tempat yg paling bisa nyetel musik keras dengan "aman" (dalam hal ini gak mengganggu warga di luar tempat, karena kelab malam biasanya kedap suara dari luar) itu dianggap tabu.

2. tempat yg biasa ada karnaval horeg jarang didatengin orang untuk konser

3. indeks pembangunan manusia yg kena tanggung, ini ngaruh ke kualitas media yg dikonsumsi.




Hobi musik memang adalah hobi yang mahal, jelas.
Bicara alat saja, nilainya sudah diatas jutaan rupiah,  namun amat disayangkan hobi yang mahal tersebut tidak sebanding dengan genre musik yang dibawa, dimana rata-rata jenis musik dj acap kali dibawa dalam ajang battle sound ini, padahal bisa saja sesekali pake musik metal daripada nanggung kan daripada musik dj dengan lebih menekankan kedalaman bass dibandingkan tone lainnya.
Tapi bukan berarti ini jelek, buktinya masyarakat banyak yang suka, meskipun yang ga suka karena sampe perbotan rumahnya rusak juga ada, jadi yang salah siapa nih masyarakatnya atau orang  yang suka sound  horegnya ?


Yang jelas di eropa dan Amerika kualitasnya lebih baik dari kita sound di eropa lebih ke clarity ga ada yang dung brug ndung brug koyo ndek Indo.bukannya ga boleh, peraturan yang baik disana lebih menghormati antar sesama bukan ngerusak kuping bersama.

Dibatasi karena menghargai hak orang untuk tidak bising. yang mau sukarela mau bising ya sengaja datang ke venue, sebuah perbedaan yang mencolok bukan, di sini hak pribadi memang kurang diperhatikan. Jangankan sound system, orang yang menerima atau melakukan panggilan telepon pun sopannya akan menjauh dari orang sekitar karena menghargai hak pribadi utk tidak nendengarkan percakapan orang lain.

Tapi kenapa sea lebih suka soundnya luar negeri? Contohnya ketika nonton live band luar contoh di event Rock in Solo 2023 kemarin, band pembukanya band terkenal di Indonesia, hasil keluaran soundnya berbeda banget, gatau apakah dari soundmannya atau kurang propernya alat tapi memang yang dari band Indonesia terlalu berisik dan tidak deep, dan ketika band luar sekaliber Thy Art Murder yang tampil, wow keluarannya udah catchy dan syahdu kaya dengerin Mp3 dari lagu mereka.

Sebenarnya perpaduan karnaval era modern seperti sekarang ini sah-sah saja karena memang era atau manusianya juga sudah berganti, tapi kan ya perpaduannya jangan terlalu ekstrim begini, dimana kalau bicara inovasi seni Jawa saja, diperbolehkan keluar dari pakem dengan menampilkan inovasi yang baik, namun jangan juga norak, dan bahkan mencoreng seni itu sendiri agar terkenal dan dikesan sampai kesandung.


Artinya apa, karnaval dengan inovasi baru boleh, dengerin musik juga boleh, apalagi banyak yang mencari penghidupan dari situ, meskipun ya sebenarnya bicara musik dari sisi penghidupan atau korelasi agama jelas subhat (kontroversial), bagaimana tidak kontroversial, dan cenderung banyak mudharatnya, kita lihat saja hanya karena dentuman bass saja bisa sampai menggertarkan bahkan sampai, genteng, kusen dan kaca pecah, itu jelas mengganggu orang lain, hal seperti itu sumbernya dari mana ? dan hal apa yang didapat kalau tidak banyak mudharatnya? Bahkan tanpa merujuk ke hukum musik dari sisi agama saja kita tahu secara nyata, bahwa suara berlebih itu termasuk noise atau polusi suara, kenapa? Karena apapun yg di luar ambang batas yang di terima oleh tubuh pasti ada bahaya risikonya. Harus di assessment dulu, kalau perlu hadirkan polisi skena acara, hal seperti ini bukan karena pangsa pasarnya di Indonesia berbeda, tapi mungkin edukasi tentang noisenya, bahkan terkait adab yang kurang sampe masyarakat.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url