Tersesat di Ciamis

Ngojek difotoin Wizdan

Bulan Maret datang bersamaan dengan bulan Ramadan, bulan yang identik dengan semangat kekeluargaan dan kehangatan dalam menyambung kembali tali persahabatan. Di tengah kesibukan yang kerap membuat kita lupa akan arti sebuah kebersamaan, momen ini mengajak untuk mengenang dan menyambung kembali ikatan yang telah terjalin.

Oleh karena itu, izinkan sebelum masuk ke sebuah klise utama sea mengucapkan Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan, khususnya antum yang selalu membaca tulisan semenjana ini semoga setiap langkah dipenuhi dengan kedamaian dan keberkahan.

Maret tahun lalu, mungkin sea sedang di fase "tersesat" meskipun tinggal di kabupaten yang notabene tidak akan pernah ada suatu kaum tersesat kecuali atas perangainya sendiri, ataupun masuk ke hutan larangan dan bersekutu dengan iblis.


Tapi poinnya bukan "tersesat" seperti itu, jauh 8 tahun lalu saat momen mudik lebaran sea bener-bener tersesat di Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Tersesat saat perjalanan mudik bersama karyawan-karyawati Daarul Qur'an relasi Tangerang-Solo via jalur selatan.


Berkas Surat Pj dan Amplop untuk Supir


Menjadi PJ perjalanan tentu sebuah amanah besar yang harus diemban, cuma ya mau bagaimana lagi kalau ngandelin bisyaroh buat beli tiket ya ndak masowwk.
Makanya menjadi penanggung jawab mudik bersama adalah jawaban tenaga kita bisa tersemaikan secara adil untuk suatu kondisi mutualisme bernama "mulih dilik".

Menempuh perjalanan lebih dari 14 jam hingga tujuan akhir Terminal Tirtonadi Solo tak ayal membuat fisik yang merangkap menjadi kondektur dadakan ini merasa terporsir, puncak terasa adalah ketika sampai di daerah Ciamis, dimana jam 6 pagi waktu Ciamis sea membersamai kawan-kawan sea para penumpang yang turun di pemberhentian, hingga berhenti sejenak ke musholla untuk kencing, memastikan semua sudah turun dan akan bergegas kembali ke bus, tiba-tiba bus yang sea tumpangi sudah ngacir, alhasil misi pengejaran dimulai, sea calling pak supir untuk memelankan kendaraan, dan mengejar bus dengan bantuan akang ojek pengkolan nirsuara.

daaaaan... Misi pengejaran Sukses.
Sea kembali masuk ke bus, dengan adem ayem tanpa geliat apapun, dan bus melanjutkan perjalanan hingga tujuan akhir terminal Tirtonadi Solo, dimana setelah itu sea harus nyambung lagi menggunakan bus Sigung bar-bar hingga terminal Gendingan untuk bertemu family di Ngawi.

Satu Anekdot menarik dimana sea bisa bertemu dengan berbagai hal menarik dari tiba-tiba bisa ketinggalan bus mudik, ketemu akang ojek pengkolan yang tiba-tiba nongol tanpa disangka-sangka, dan lebih kocaknya lagi memang nirsuara, atau bisu.
Semua dilakukan demi merayakan indahnya hari raya idul fitri kala itu.


Cerita ini disadur abis baca buku ini

Jika mengingat kata dari Buya Hamka tentang idul fitri korelasi dari kejadi ini sangatlah mirip beliau pernah mengatakan, "Jika ingin melihat orang Islam maka lihatlah ketika hari raya idul fitri, itulah orang Islam, namun jika melihat orang islam sesungguhnya temuilah saat sholat 5 waktu di masjid.
Sebuah bentuk penyadaran bagi sea yang kala itu menggebu untuk mudik, namun lalai dalam shalat, semoga kesesatan dari perjalanan bertahun-tahun tersebut dapat termanifestasi dalam kesesatan di jalan yang benar.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url