Banyak Marketer Kedepan Bakal Ilang atau Ganti Job
Judul tadi bukan sekedar judul, dalam artian para marketer itu kehilangan bukan karena mereka bego, melainkan emang kondisi marketing sekarang makin gila, gimana enggak? sebagai seorang praktisi internet marketer, dan mengamati bagaimana ruang lingkup dalam dunia digital marketing sea mau membagi fakta berikut kenapa kok sampai ada kemungkinan kedepan bakal ilang atau ganti job.
⠀
1. Biaya paid ads makin gila-gilaan.
Cara beriklan sudah berubah platform makin kesini makin memudahkan orang untuk beriklan, alhasil semakin kepingin shoot out maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk iklan berbayar.
2. Perubahan di SEO sekarang cepat dan absurd
Saat ini sea bekerja sebagai SEO specialist, dan dunia SEO sekarang sangat berbeda dengan SEO dibeberapa tahun sebelumnya, makin belajar wajib, makin absurd jelas.
3. Semua disuruh growth, tapi budget dipotong.
Efisiensi tapi ga ngerti kondisi itu sama aja beban yang kedepannya tidak akan menjadi arti.
Sea percaya hasil dari proses digital yang dibangun jika tertunda sebenarnya akan dipetik dikemudian hari
4. Produk lo udah susah dibedain, semua serba “dibumbuin AI”.
Ada dua hal yang jadi dilema di era AI sekarang ini, dimana tidak menggunakan AI hasilnya jelek, dan tentu saja tertinggal jauh, menggunakan AI juga tantangannya harus unik dan berbeda, karena semakin banyaknya teknologi berbasis AI yang bisa digunakan oleh Marketer, dll
5. Feed sosmed isinya konten gak jelas, numpuk kayak sampah.
Sekarang ini atensi orang sulit, karena banyaknya disrupsi, ketika dapat atensi dengan hook yang ngagetin ritmenya pasti udah ketebak, kalo enggak sampah, ya sadrah
6. Semua bisnis makin kejar profit, funnel atas-tengah makin dilupain.
Bahas ini tuh udah kayak sarjana di Indonesia yang seabrek
tapi masih banyak yang nganggur, sulit, gabisa dimengerti, atau ngertiin kita sebagai marketer pada akhirnya
Lo pikir lo doang yang capek? Enggak.⠀
Semua marketer ngerasain.⠀
Kerja 3x lebih berat, hasilnya harus 3x lebih bagus, dengan budget setengah dari biasanya.
Dan lucunya... yang nyuruh lo perform, kadang ga ngerti marketing.⠀
⠀
Lo disuruh:⠀
- Jago performance.
- Jago branding.
- Bisa data.
- Bisa storytelling.
- Bisa tools ini itu.
⠀
Tapi lo bukan AI, bukan tim isinya 10 orang.⠀
Real talk ya : Banyak dari kalian kerja di sistem yang rusak.⠀
Lo udah kerja keras, tapi kalo sistemnya mental... hasilnya juga pasti ambyar.⠀
Makanya penting buat sadar: Marketing sekarang butuh reset total.⠀
⠀
Jangan maksa semua channel jalan bareng
Fokusin yang perform, stop yang buang waktu.
Hentikan campaign yang cuma keren di mata bos.
Audit semua effort lo: mana yang beneran ngaruh ke pipeline.
Bangun tim marketing yang lean & ngerti prioritas, engga usah maksain semua skill ada di 1 orang, karena membangun sistem itu lebih efisien, karena lo bukan superhero, tapi jangan juga ngelawak atau yang penting ada, sabar pokoknya.
Tools boleh bantu, tapi jangan jadi sandaran, selain itu komunikasi ke leadership harus jujur, sea pernah diposisi buruk komunikasi dengan endingnya kena surat peringatan, bukan karena tidak jujur, melainkan kurang komunikasi saja, berhubung merasa mampu mengerjakan semuanya, namun ketika diperjalanan ada kendala dan tidak terlaksana, akhirnya itu menjadi boomerang untuk penambah memperburuk suasana, terlepas sebelumnya memang kurang komunikasi padahal penting banget ini teh.
Jadi penting diingat bahwa ketika lo lo dan antum semua mendapat beban kerja kalo ga masuk akal, itu bilang saja.
meskipun kelihatannya mudah, tetep aja bilang, dan kalo diujung tanduk, atau dihadapkan pada target ngaco, tantang.
Karena gini marketing itu bukan pesulap, meskipun kategori bio Instagram sea tulis pesulap, tapi hey man, tolonglah pesulap juga bisa saja dibongkar triknya, bahkan ketika ga laku ada loh yang sampe pindah jadi podcaster kan?
Sea ulang sekali lagi:⠀
Ini bukan soal lo kurang effort.⠀
Ini soal marketing udah berubah, tapi ekspektasi masih kayak dulu.⠀
Jadi satu yang harus lo dan antum-antum semua ingat berani ngomong itu = langkah awal buat benerin semuanya.

