Dari Layoff ke Canting: Cerita di Balik “Batik Tembang yang Sebenarnya”

 


“Stop romantisasi dan glorifikasi UMKM. Makin banyak UMKM baru, menunjukkan kegagalan pemerintah mewujudkan sistem yang mampu menyerap tenaga kerja produktif.”
Sea pernah membaca kalimat itu di linimasa, dan diam-diam mengangguk setuju. Hingga akhirnya, sea sendiri justru menjadi bagian dari kelompok yang sering dirujuk dalam pernyataan itu pelaku UMKM baru.

Awal dari Sebuah Perubahan

September lalu, saya terkena dampak layoff. Tentu saja, ada masa ketika sea menangis dan meratapi keadaan. Tapi setelah beberapa hari “grieving” dengan cukup, sea sadar: hidup tidak bisa berhenti hanya karena satu pintu tertutup.


Sea tetap berusaha mencari pekerjaan baru. Di sisi lain, sea mulai lebih serius menekuni hal yang awalnya cuma iseng dalam kesenian yakni ✨Batik Tembang✨ dari rumah (Instagram: @batiktembang).

Dari Keisengan Jadi Validasi

Sedikit kilas balik. Sebagai orang yang belasan tahun tinggal di Ngawi, sea punya standar saklek untuk jenis pakaian dan selera berbusana: hitam, otentik, anti mainstream, dan unik. Sayangnya, hal tidak umum seperti itu sulit disukai orang sekarang.

Covid 2020, sea dan mas Haryanto iseng menjual inovasi kain batik dengan swadaya sendiri lewat grup WhatsApp dan Facebook, dan mulai mengajak ibu-ibu sekitar dusun. Siapa sangka, “iseng” itu justru jadi ajang validasi semacam tes pasar versi teritori. Dari situ kami tahu, gerakan ini ternyata bukan cuma cocok di fikiran kami, tapi juga disukai orang sekitar, yakni ibu-ibu yang bergabung.


Usai Covid 2020, sea dan Mas Haryanto yang memang tiap Weekdays masih sibuk bekerja, jadi dimana sea harus bolak-balik Jakarta Ngawi jualannya pun hanya online, mas Haryanto fokus membimbing, dan sea mulai menawarkan secara online tentang inovasi semi idealis ini namun ini adalah “aktivitas sampingan yang menyenangkan.”

Ketika Layoff Jadi Titik Balik

Momen layoff kemudian memberi sea ruang untuk menekuni usaha ini lebih serius. 2025 tiba ketika hampir 2 tahun pasif di sela waktu kerja menjadi budak korporat dan bapak rumah tangga, sea mulai Usaha ini saya jalankan dengan prinsip fleksibilitas. Kalau sedang repot, ya libur dulu. Tapi kalau ada pesanan khusus, sebisa mungkin saya prioritaskan. Tidak ada target besar, hanya komitmen kecil untuk terus berjalan.

Dukungan Keluarga, Rasa yang Tak Tergantikan

Katanya, kalau istri punya UMKM, suami yang suportif akan otomatis jadi karyawan tanpa gaji. Dan betul saja, semua support yang hadir untuk menjalankan kembali ✨Batik Tembang✨ adalah hasil dukungan dari Cici Sunda support system terbaik sekaligus konsultan bisnis sea 😂.

Menutup Canting

Kini, setiap kali menyiapkan model promosi, sea tersenyum kecil. Dulu sea setuju bahwa menjamurnya UMKM bisa jadi tanda sistem yang belum sempurna. Tapi di sisi lain, sea juga belajar bahwa UMKM sering lahir bukan semata dari “kegagalan”, melainkan dari ketahanan, adaptasi, dan keberanian untuk memulai kembali.

Kalau antum penikmat fashion dan kesenian leluhur dan tinggal di Jabodetabek, boleh banget memiliki karya kami. Pengiriman instan juga tersedia untuk wilayah Tangerang Selatan dan sekitarnya.
Siapa tahu, dari karya ibu-ibu dusun, sea bisa menjadi perantara untuk antum agar bisa ikut merasakan semangat baru melaluii helaian kain yang sedang sea upayakan setiap harinya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url