Unggul, Untukmu Tahun ini dulu dan Nanti!

 Merayakan bertambahnya angka dengan semenjana, tak ada repost story instagram yang seyogianya dilakukan gen z saat ulang tahun. Hari spesial Tahun ini, sea tak merasakan hal di atas, dan memang tak mengharapkan hal di atas, sea ingin merayakan ulang tahun dengan biasa saja, dengan cara yang sederhana, penuh doa, yang tentunya mendatangkan rasa bahagia.


Unggul mengawali tahun usianya dengan tidur, aktivitas self love terbaik yang dimiliki anak muda semenjana, maaf, sea akan banyak menggunakan diksi semenjana untuk catatan kali ini. Tidur adalah cara sea menikmati hidup, berhenti sejenak dari riuh dunia yang kacau. Tidur jarang membuat sea kecewa, hanya sesekali saja, itupun saat mimpi buruk datang menghampiri. Tidur, akan jadi aktivitas terbaik untuk melepas kepenatan, kelelahan, dan kebisingan hidup.


Unggul terbangun dan menyadari bahwa dia sudah tumbuh dewasa, tak banyak hal yang ia romantisasi di hari spesialnya, sea hanya menuruti apa kata hati. Pagi, sea sarapan pecel, teh madu, tempe dan gorengan lik ros tetangga sea, tempe dua, dan pisang hoheng satu, semenjana itu sea mengawali pagi. Siangnya, sea bekerja dengan kata, menjahit abjad menjelma kalimat. Sea sedang jatuh cinta dengan  menulis, entah sampai kapan sea tak tahu, yang penting, sea akan tetap menulis sebagai bentuk meditasi sederhana dalam hidup yang semenjana ini. Hingga sore, sea tetap menulis.

Unggul mandi bersama gayung rumah ibu yang semenjana, sabun batang yang berkali-kali jatuh, lifebouy total 10 yang telah penyok dihantam kerasnya keramik toilet, sea mandi dengannya, tiap hari. Kupakai outfit semenjanaku, celana hitam panjang, polo putih, dengan outer roughneck dan sandal dari shopee yang biasa saja. Sea berangkat makan malam ke tempat makan terbaik. Mie Ayam di kedai depan Indomaret Kedunggalar yang membuatku jatuh cinta sejak kali pertama melahapnya, kadang sea self love dengan menandaskan sepiring baso kecil sebagai toping tambahan dan jeruk hangat, sembari menengok senyuman autentik jawa kepada siapapun didepan sea, semenjana itu self love sea.


Unggul pulang dari Kedunggalar dengan cukup berkesan malam itu, menaiki sepeda motor menuju rumah ibunya, sea akan memainkan gim EA football kesukaan sea, memainkan idola baru timnas Indonesia Mees Hilgers dan Eliano Reijnders yang sudah sea rekrut dengan menukarkan poin gratisan dari hasil main selama sepekan. Sea ingin melihatnya merumput dengan seragam timnas di Saitama Stadium atau di Senayan, itupun jika Tuhan mengizinkan dan jika sea punya tekad yang kuat. Sea tertawa bahagia, kurang lebih 2 jam sea melupakan sejenak hiruk pikuk kecamatan Kedunggalar yang ramai. Lucu kali kegiatan sea di akhir kepala dua ini, tak salah sea mencintai negara ini. Simulasi bermain, formasi STY, rekrut pemain diaspora, dan bermain di event FIFA Matchday di kamar bareng player AI, akan abadi dalam benak malam itu.


Sebenarnya Unggul tak langsung pulang pasca membeli mie ayam dan lotion anti nyamuk di toko kelontong, sea mulai meromantisasi malam dengan duduk di tugu silat desa, dengan dua gadget, tws, dan melihat para rombongan pencak silat yang berlatih jurus silat di seberang, sendirian sambil beberapa kali disapa beberapa anak remaja yang lewat dari nongkrong malam selasaan bersama pasangan. Inilah tempat kelahiran sea, sekarang sea bisa bertahan, entah sampai kapan akan pulang. Bahkan sempat terfikir jangan-jangan, sea akan menetap di Kedunggalar selamanya, sebab sea seringkali mendengar suara hati hingga suara "macan" pada malam hari. Ah, sea tak tahu kebenaran ini, sebab logika mistika adalah hal yang dilarang idola sea, beliau adalah Tan Malaka.


Unggul, untukmu tahun ini dulu dan nanti. Soal cinta, sea tak perlu mengumbar, kisah asmara sea tak seindah anak muda yang sea temui selama duduk di dekat tugu, untuk wanita yang sea sayang, terima kasih sudah hadir, kini, kita memang tak bisa bersama, kita berjauhan. Soal asmara, sea masih memegang satu prinsip, jodoh adalah cerminan diri. Kini, sea sedang memperbaiki diri dengan terus belajar, dan sea percaya betul bahwa jodoh yang ditakdirkan Tuhan juga sedang belajar. Bukannya jodoh itu dijemput lalu membersamai? bukan berjauhan dan menyendiri. Sea percaya dengan adagium bukannya jodoh itu dijemput. Tapi bukan saat ini waktu yang tepat untuk menjemput, masih banyak harap yang harus sea selesaikan.


Unggul, untukmu tahun ini dulu dan nanti, jadilah pembelajar yang terus merasa bodoh, rendah hati, paham diri, dan teruslah semenjana. Tak ada yang bisa kamu sombongkan dalam hidup, apapun yang kamu capai, itu bukan karena usahamu semata. Ada banyak yang terlibat, temanmu, gurumu, dan orang lain. Jangan sombong, jangan merasa puas, masih banyak luka yang perlu kamu coba, masih banyak kegagalan yang harus kamu coba. Jangan berhenti melawan batas-batas ketakutan, kamu jauh lebih besar dari apa yang kamu inginkan, pikirkan. Jalani, nikmati, sebab semuanya akan berlalu. Kerja, disiplin, semangat, persisten, belajar, dan menjadi S2 meski semenjana.

Unggul, untukmu tahun ini dulu dan nanti, entah jadi pujangga, pembelajar, suami, atau jadi ayah. Teruslah membaca, membaca, dan membaca. Kamu sadar betul bahwa kebiasaan ini membuatmu bertumbuh dan berani bermimpi. Tak instan memang hasilnya, tapi kamu merasa bahagia dengan membaca. Jadilah pujangga yang membaca, pembelajar yang meragukan banyak hal, suami yang sadar, dan ayah yang baik. Tak tahu 10 tahun kedepan kamu bakal dimana dan kejutan apa yang hinggap. Yang pasti dan harus kamu pegang, jadilah dirimu dengan segala kesadaranmu, tetaplah biasa saja dengan apapun, baik itu diluar dirimu maupun pencapaianmu. Jadi semenjana, ingat biasa saja. Ini menjagamu dari ambisi dunia yang ngawur dan remuk.


Unggul, jika 10 tahun kedepan kamu resmi meninggalkan Indonesia, jangan lupa pesan ibumu, surat cinta yang ia ucapkan pasca menyeduh susu pagi. Unggul, jangan lupa pesan ini, Ibumu menangis saat melepasmu kuliah ke Jakarta, ia tersedu-sedu lalu berkata “Nak, dimanapun kamu melangkah, dimanapun kamu berproses, jangan lupakan Ibu, jangan lupakan Indonesia, kembalilah!” Pegang terus kalimat ini, kamu adalah anak laki-laki dengan ibu seorang penjahit di dusun. Tapi doanya mengejutkan, pegang nasihatnya, doakan dirinya.


Unggul, kamu tak tahu akan jadi apa, profesi apa yang memberikanmu kemapanan dan kenyamanan, yang kamu tahu, melakukan semua hal dengan sebaik-baiknya adalah harus. Keberhasilan adalah pertemuan antara skill dan mental, kesempatan dan kemampuan, tabrak batas ketidakmampuanmu, lakukan banyak hal baru, kamu masih muda, banyak hal yang belum kamu coba, jadi dirimu dan jelajahi dunia. Dunia memang keras dan acuh, tapi dunia kadang baik. Tetaplah beragama dan berbudaya, karena hanya dengan ini kamu tak lupa dengan sikap semenjana dan Indonesia, jadilah pribadi yang siap dengan segala resiko, belajar dari kegagalan itu menyenangkan. Tak mudah dan menyakitkan memang, tapi beginilah hidup, bergantung dengan harapan: yang ngebuat manusia senang sekaligus sakit, itulah harapan, kamu hidup atas harapan-harapan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url