Selamat Datang di Era Obral Saat Profesimu Tak Lebih Berharga dari Sebungkus Nasi Padang


 Harga TVC, SMM, dan event makin anjlok. Harga yang dipatok oleh agency pun makin tidak masuk akal. Bukan cuma itu, dampak berantai ini menjalar ke semua lini. Harga fotografer, talent, MC, hingga kru juga ikut anjlok. Pertanyaannya, apa yang membuat ini terjadi? Dan, apakah kita akan membiarkan ini terus berlanjut?

Mari kita bedah beberapa kemungkinan yang menjadi biang kerok dari masalah ini.

1. Pergeseran Tenaga Profesional dari Agency ke Klien

Banyak orang yang dulunya bekerja di agency kini pindah ke sisi klien. Dengan pengetahuan "dapur" yang mereka miliki, mereka tahu persis berapa biaya produksi yang ideal. Alhasil, mereka bisa menawar habis-habisan setiap harga yang diajukan oleh vendor, memaksa harga jadi anjlok.

2. Efek Jangka Panjang dari Pandemi 2020

Ketika pandemi melanda di tahun 2020, banyak agency terpaksa banting harga demi bertahan hidup. Klien yang melihat celah ini lantas mendapatkan "benchmark" baru untuk harga yang lebih rendah. Sayangnya, sampai sekarang, budget untuk proyek kreatif masih stuck di level harga pandemi, bahkan cenderung turun.

3. Munculnya Agency-Agency Baru yang Menggerus Harga

Maraknya agency baru yang bermunculan juga menjadi faktor penting. Demi mendapatkan proyek dan membangun portofolio, mereka tidak ragu untuk memberikan penawaran dengan harga yang sangat rendah. Hal ini secara tidak langsung menciptakan patokan harga baru yang merugikan semua pihak.

Bukan Sekadar Angka, Ini Soal Harga Diri Profesi

Harga beras terus naik, tapi harga SDM kita justru semakin anjlok. Ini bukan lagi soal "oh, ternyata harga jasa bisa semurah itu, ya." Tentu saja bisa. Karena pada akhirnya, semua orang butuh makan. Namun, apakah ini berarti nilai seorang profesional hanya ditentukan dari seberapa murah jasanya?

Ini adalah masalah yang jauh lebih besar dari sekadar angka di invoice. Ini adalah persoalan harga diri profesi. Ketika kita terus-menerus merusak harga, jangan kaget jika pada akhirnya, SDM Indonesia dihargai lebih murah dari secangkir kopi sachet.

Masalah banting harga ternyata tidak hanya melanda dunia agency. Banyak perusahaan, terutama para pelaku UMKM, melakukan hal serupa demi bertahan di tengah persaingan ketat. Imbasnya, gaji karyawan semakin tertekan, bahkan tak jarang berujung pada gelombang PHK.

Di sisi lain, biaya operasional justru terus membengkak. Pajak dan berbagai pungutan lain terasa semakin memberatkan. Situasi ini menciptakan dilema: di satu sisi, pengusaha harus menekan harga jual untuk menarik pembeli, sementara di sisi lain, biaya untuk menjalankan bisnis terus meningkat. Rasanya, setiap langkah usaha seperti "dipalak" di jalan. Keluhan serupa juga banyak terdengar dari para pembeli dan penjual di berbagai platform marketplace yang merasa terbebani oleh biaya tambahan.

Ironisnya, di tengah kondisi sulit yang dialami masyarakat, justru beredar kabar kenaikan gaji para pejabat. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang rasa empati dan kepekaan terhadap realitas yang terjadi di lapangan. Perasaan tidak adil ini dapat mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Pajak memang penting untuk pembangunan negara, tetapi harus diterapkan dengan adil dan masuk akal. Jika kebijakan yang ada terus-menerus mencekik dunia usaha, maka roda ekonomi akan sulit bergerak.

Kebijakan yang tidak tepat dari "atas" akan berdampak domino hingga ke lapisan paling bawah. Tingginya angka PHK membuat daya beli masyarakat menurun, yang pada akhirnya merembet dan menggerus omzet berbagai usaha lain.

Semoga para pemangku kebijakan dapat melihat dan memahami dampak ini secara utuh. Sudah saatnya kebijakan yang dibuat tidak hanya berorientasi pada angka, tetapi juga berlandaskan empati dan kepedulian terhadap kesejahteraan banyak orang.

Pertanyaan lanjutan sebagai oraang yang hidup di sektor ini, kapan terakhir kali kita bergotong royong untuk saling menghargai jasa? Bukan hanya dari pekerja, vendor, ke klien, tetapi dari semua sisi di industri ini?

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url