Mencari Kerja Mencari Arti
Sea sudah mencoba mengikuti semua “nasihat klasik” soal mencari kerja.
“Kalau cari kerja itu mulai dari bawah.”
Baik. Sea mulai dari posisi intern sebagai honorer di sekolah swasta di usia 29 tahun,
setelah jeda karier yang panjang dan penuh keraguan.
Dari yang dibayar hingga yang tidak,
semuanya sea jalani demi satu hal sederhana:
agar pengalaman bisa membuka jalan.
“Gaji berapa pun disyukuri saja.”
Baik. Sea pernah freelance dua kali.
Keduanya tak sesuai kontrak.
Pekerjaan selesai lama,
tapi bayaran datang tersendat,
dan jumlahnya pun tak pernah utuh seperti yang dijanjikan.
Syukur tetap sea ucapkan,
tapi entah kepada siapa lelah ini harus sea titipkan.
“Kerja di mana saja, jangan banyak nuntut. Jarak dan gaji bukan masalah.”
Baik. Sea bekerja dengan gaji di bawah UMR Jakarta.
Tanpa fasilitas, tanpa kontrak,
sering memakai uang pribadi agar tetap terlihat “profesional”.
Tanggal gaji tak pernah pasti.
Kadang dipotong tanpa alasan.
Biaya transport dari selatan ke utara yang menghabiskan hampir dua pertiga dari penghasilan.
Dan kini sea mulai bertanya pelan,
jika semua “aturan tak tertulis” sudah sea patuhi,
masih adakah cara yang benar
untuk menemukan pekerjaan yang benar-benar layak di negeri ini?
Sea tidak takut bekerja keras.
Yang menakutkan adalah bekerja keras tanpa arah,
tanpa penghargaan, tanpa kepastian.
Karena di titik itu, makna dari kata “berkarier” perlahan memudar
bersama semangat yang dulu sea banggakan.
Mungkin bukan kami yang terlalu pilih-pilih kerja.
Mungkin sistemnya yang belum siap
memperlakukan pekerja dengan adil, dengan manusiawi.
Kami hanya ingin bekerja tanpa kehilangan harga diri.
Kami hanya ingin dihargai
tanpa harus selalu menunduk dan berkata,
“Tidak apa-apa, yang penting masih bisa kerja.”
Tulisan ini bukan sekadar keluh kesah,
melainkan potret kecil dari kenyataan yang sering diabaikan.
Tentang perjuangan yang sunyi,
tentang orang-orang yang berusaha terlihat kuat,
padahal hanya ingin diakui layak.
Semoga suatu hari nanti,
bekerja tak lagi berarti bertahan,
melainkan tumbuh, dengan layak, manusiawi, dan dihargai.
.jpg)